Industri Mamin Investasi Rp 3,3 Triliun di Cikarang

NERACA

Cikarang - Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis yang selama ini telah memberikan kontribusi signfikan bagi perekonomian nasional. Peluang besar dalam pengembangan industri mamin di dalam negeri karena didukung potensi sumber daya alam yang melimpah dan permintaan domestik yang terus meningkat.

“Industri makanan dan minuman di Indonesia terus menunjukkan tren pertumbuhan positif. Pasca-pandemi Covid-19, PDB industri makanan dan minuman mampu tumbuh sebesar 6,04 persen pada triwulan I tahun 2025. Ini lebih tinggi dari pertumbuhan PDB industri pengolahan non-migas sebesar 4,31 persen dan PDB nasional sebesar 4,87 persen,” kata Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza di Cikarang, Jawa Barat.

Riza mengemukakan, kinerja gemilang industri mamin juga tercermin dari kontribusinya terhadap PDB industri pengolahan non-migas sebesar 41,15 persen pada triwulan I-2025. Selain itu, sektor ini mencatatkan nilai ekspor hingga USD11,78 miliar (termasuk minyak kelapa sawit). “Capaian ini memberikan andil sebesar 22,42 persen dari total nilai ekspor industri pengolahan non-migas pada triwulan I-2025,” sebut Riza.

Di sisi investasi, industri mamin merealisasikan modalnya sebesar Rp22,64 triliun pada awal tahun 2025, yang terdiri dari PMA sebesar Rp9,03 triliun dan PMDN sebesar Rp13,60 triliun. Ini menandakan bahwa para pelaku industri mamin di Indonesia masih memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam menjalankan bisnisnya karena didukung iklim usaha yang kondusif.

Oleh karenanya, Riza menyampaikan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memberikan apresiasi kepada PT PepsiCo Indonesia atas investasinya yang digelontorkan sebesar USD200 juta (setara Rp3,3 triliun) dalam pembangunan pabrik pertamanya di Indonesia. Pabrik yang mulai berproduksi sejak 13 Januari 2025 ini dilengkapi tiga lini produksi dengan kapasitas terpasang 24.000 ton per tahun dan telah menyerap hampir 400 tenaga kerja.

“Kehadiran pabrik ini bukan hanya memperkuat industri makanan ringan nasional, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan mendorong substitusi impor. Ini juga menandakan bahwa peluang pasar dalam negeri masih sangat terbuka, dan sektor industri ini masih sangat menjanjikan,” ungkap Riza.

Menurut Riza, pasar makanan ringan di Indonesia yang didominasi generasi milenial dan Gen Z — yang mencakup 55 persen populasi konsumen — juga menunjukkan tren pertumbuhan positif dengan nilai pasar mencapai USD3,87 miliar pada 2023 dan diproyeksikan tumbuh 8,13 persen (CAGR) hingga 2029.

Tak hanya fokus pada peningkatan produksi, Kemenperin juga mengapresiasi inisiatif PepsiCo dalam menggandeng 200 petani kentang dan 200 petani jagung dari Jawa Barat dan Jawa Tengah, yang dilakukan melalui program pengembangan bibit unggul, peningkatan produktivitas, dan pemberdayaan petani lokal.

Selain itu, PT PepsiCo Indonesia dinilai sebagai pelaku industri yang telah menerapkan prinsip keberlanjutan, dengan penggunaan 100 persen air daur ulang dan energi listrik terbarukan dalam proses produksinya.

“Kami berharap PT PepsiCo Indonesia terus menciptakan dampak positif, tidak hanya melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan nilai tambah, tetapi juga dengan kontribusinya terhadap keberlanjutan lingkungan dan penguatan ekonomi lokal,” ujar Riza.

Riza optimistis terhadap kontribusi berkelanjutan dari PT PepsiCo Indonesia dalam upaya penguatan industri mamin nasional serta mendorong pertumbuhan sektor manufaktur yang berdaya saing. “Selamat atas peresmian pabrik baru ini. Semoga menjadi pemicu kemajuan industri makanan dan minuman, serta membawa manfaat besar bagi masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika menyampaikan bahwa investasi PT PepsiCo Indonesia menjadi simbol penting dari kepercayaan investor global terhadap potensi industri mamin nasional.

“Investasi ini menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya pasar konsumsi besar, tetapi juga basis produksi yang kompetitif. Kami terus mendorong pengembangan industri makanan dan minuman yang berorientasi ekspor, bernilai tambah tinggi, serta berbasis bahan baku lokal,” jelasnya.

Putu menambahkan, Kemenperin berkomitmen untuk terus memacu kinerja industri mamin nasional melalui berbagai program strategis seperti fasilitasi teknologi modern, peningkatan daya saing produk, penyediaan sumber daya manusia industri yang kompeten, serta penguatan rantai pasok dari hulu ke hilir.

BERITA TERKAIT

Suplai Minyak Mentah Negara OPEC+ Naik

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan Harga Rata-Rata Minyak Mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP)…

Awas Konflik Iran dengan Israel Memicu Gangguan Pasar Global

NERACA Jakarta – Eskalasi konflik militer antara Iran dengan Israel telah memicu gangguan signifikan di pasar global, tak terkecuali bagi…

Indonesia " Singapura MoU Keamanan Pangan dan Teknologi Pertanian

NERACA Singapura – Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman, dan Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Hidup Singapura, Grace Fu, menandatangani…

BERITA LAINNYA DI Industri

Suplai Minyak Mentah Negara OPEC+ Naik

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan Harga Rata-Rata Minyak Mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP)…

Industri Mamin Investasi Rp 3,3 Triliun di Cikarang

NERACA Cikarang - Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis yang selama ini telah memberikan kontribusi signfikan…

Awas Konflik Iran dengan Israel Memicu Gangguan Pasar Global

NERACA Jakarta – Eskalasi konflik militer antara Iran dengan Israel telah memicu gangguan signifikan di pasar global, tak terkecuali bagi…