NERACA
Jakarta - PT Bank Amar Indonesia Tbk (Amar Bank) mulai mengarahkan fokus pembiayaannya ke sektor industri film nasional. Senior Vice President Micro, Small, and Medium Enterprises (MSME) Amar Bank Josua Sloane mengatakan selain tetap menggarap sektor ritel, langkah pembiayaan di sektor perfilman menjadi strategi konkret Perseroan dalam memperluas penetrasi ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis kreatif.
“Saat ini Amar Bank melihat bahwa industri kreatif itu industri yang besar. Tapi hingga saat ini masih sulit ya untuk dicrack oleh industri perbankan. Nah lebih spesifik lagi di industri perfilman, kita melihat secara nilai di tahun 2024 itu cukup besar,” kata Josua dalam konferensi pers hasil RUPST dan paparan publik, sebagaimana dikutip, kemarin.
Maka dari itu, Amar Bank menjadi sponsor utama dalam penyelenggaraan JAFF Market pada 28 Mei lalu. Sebagai informasi, JAFF Market merupakan pasar film profesional pertama di Indonesia yang terafiliasi dengan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF).
Joshua memaparkan bahwa nilai ekonomi dari sektor perfilman mencapai Rp130 triliun pada 2024 serta bisa menopang sekitar 400 ribu lapangan kerja. “Bukan cuma di tahun lalu, tapi kalau kita lihat proyeksinya pertumbuhan sampai tahun 2027 itu diharapkan bertumbuh sekitar 6,17 persen untuk lima tahun ke depan, ini pertumbuhan yang kita lihat luar biasa,” jelasnya.
Dengan adanya potensi tersebut, ia menjelaskan bahwa pembiayaan industri perfilman menjadi kian relevan karena kontribusinya yang makin signifikan. Pada 2024, tercatat sebanyak 80,2 juta tiket film Indonesia terjual, atau setara lebih dari 60 persen dari total pasar bioskop di Tanah Air. “Kita melihat bahwa sektor ini adalah sektor di mana dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini, ke depannya akan terus meningkat,” tutur Josua.
Lebih lanjut, Josua menekankan bahwa sektor perfilman memiliki karakteristik berbeda dari bisnis konvensional karena berbasis proyek dan memiliki arus kas yang unik. Namun, dengan makin terstrukturnya industri itu saat ini, seperti kehadiran platform over-the-top (OTT) seperti Netflix, Amazon Prime, hingga monetisasi kekayaan intelektual (IP), peluang pembiayaan kini jauh lebih terbuka.
Dari produksi hingga pascaproduksi, perseroan melihat ada banyak kebutuhan yang bisa didukung. Menurut Josua, sebagai bank digital dengan kekuatan infrastruktur digital, Amar Bank siap menyediakan produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan pelaku industri kreatif.
Ia menyebut kolaborasi akan menjadi kunci agar perbankan dapat lebih memahami pola bisnis kreatif dan mendorong terciptanya produk keuangan yang relevan. Joshua berharap kemitraan dengan ekosistem film yang terbangun melalui JAFF Market dapat diperluas pada ajang berikutnya yang dijadwalkan berlangsung pada 29 November-1 Desember 2025.
“Artinya kita melihat pola revenue industri kredit yang spesifiknya industri perfilman semakin ke sini lebih mudah dikuantifikasi, lebih mudah dilihat, tangible. Kontrak lebih jelas dan sebagainya. Nah dengan melihat itu, maka Amar Bank berpikir untuk mulai menggarap itu (perfilman) dari sekarang,” ungkapnya.
NERACA Jakarta - MSIG Life dan Bank Sinarmas meluncurkan masa perlindungan baru untuk produk Sinarmas Maxi Life. Turut hadir…
Suku Bunga Perbankan Didesak untuk Turun NERACA Jakarta - Bank Indonesia (BI) memandang, suku bunga kredit perbankan perlu terus…
Inflasi Terjaga, BI Tahan Suku Bunga NERACA Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyampaikan, keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau…
NERACA Jakarta - MSIG Life dan Bank Sinarmas meluncurkan masa perlindungan baru untuk produk Sinarmas Maxi Life. Turut hadir…
Suku Bunga Perbankan Didesak untuk Turun NERACA Jakarta - Bank Indonesia (BI) memandang, suku bunga kredit perbankan perlu terus…
Inflasi Terjaga, BI Tahan Suku Bunga NERACA Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyampaikan, keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau…