NERACA
Jakarta - Hingga Juni 2025, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) membukukan nilai kontrak baru sebesar Rp1,4 triliun atau terkoreksi 51,72% dibandingkan raihan kontrak baru di priode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,9 triliun. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Direktur Keuangan Waskita Karya, Wiwi Suprihatno mengatakan, mayoritas kontrak berasal dari proyek gedung, seperti gedung DPRD DIY dan sejumlah rumah sakit daerah. Perseroan melakukan mitigasi risiko melalui manajemen konstruksi sebelum mengambil proyek. Langkah ini agar proyek yang dikelola tidak membebani keuangan dan rendah risiko. “Kini, Waskita lebih selektif dalam memilih proyek baru. Perseroan berfokus pada proyek dengan skema monthly payment serta memiliki uang muka,” ujar Wiwi.
Sampai dengan Juni 2025, emiten konstruksi pelat merah ini telah mengelola 52 proyek. Mulai dari pembangunan gedung, konektivitas, bendungan, hingga irigasi. Wiwi menyampaikan, WSKT turut mengelola beberapa proyek strategis, antara lain LRT Velodrome-Manggarai, Jalan Tol Palembang-Betung, dan Bendungan Jragung.
Baru-baru ini, perseroan kembali meraih kontrak di Ibu Kota Nusantara (IKN) berupa Peningkatan Jalan Paket D di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) 1B-1C IKN, Kalimantan Timur, dengan nilai proyek sebesar Rp396,6 miliar. Tidak hanya mengejar kontrak baru, Wiwi menyatakan bahwa Waskita saat ini juga fokus pada implementasi restrukturisasi, perbaikan tata kelola perusahaan, sekaligus transformasi pada sisi operasional dan keuangan.
Seperti diketahui, pada tahun lalu, WSKT mendapat persetujuan dari 22 kreditur perbankan Master Restructuring Agreement (MRA) dan Kredit Modal Kerja Penjaminan (KMKP) 2021 dengan nilai outstanding sebesar Rp31,65 triliun."Pada Oktober 2024, usulan restrukturisasi MRA terbaru itu sudah dinyatakan efektif. Dengan begitu, perseroan sekarang memiliki fleksibilitas atas skema cash waterfall dan pengelolaan kas yang dimiliki,” kata Wiwi.
Di kuartal pertama 2025, WSKT membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 1,35 triliun, turun 37,80% secara tahunan alias year on year (yoy) dari Rp 2,17 triliun di periode sama tahun lalu. Secara rinci, pendapatan WSKT mayoritas berasal dari segmen jasa konstruksi sebesar Rp 871,36 miliar. Lalu, segmen pendapatan jalan tol Rp 269,49 miliar, segmen penjualan precast Rp 177,41 miliar, dan segmen pendapatan hotel Rp 19,71 miliar.
Lalu, segmen pendapatan properti Rp 8,98 miliar, segmen penjualan infrastruktur lainnya Rp 5,38 miliar, dan segmen sewa gedung dan peralatan Rp 2,22 miliar. Perseroan membukukan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan menjadi Rp 1,24 triliun per kuartal I 2025, naik 32,63% yoy dari rugi Rp 939,55 miliar pada periode sama tahun lalu.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mempertegas peran strategisnya dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau, dengan memperkenalkan Kredit Pemilikan…
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka peluang untuk melakukan perpanjangan waktu perdagangan saham, dengan ada tiga skenario waktu perdagangan saham.…
NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mempertegas peran strategisnya dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau, dengan memperkenalkan Kredit Pemilikan…
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka peluang untuk melakukan perpanjangan waktu perdagangan saham, dengan ada tiga skenario waktu perdagangan saham.…
NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar…