NERACA
Jakarta — Pasar IPO diyakini masih tumbuh meski di tengah kondisi pasar yang volatil dan bahkan pihak PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut ada perusahaan jumbo yang masih antre IPO. Merespon hal tersebut, pihak Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) optimistis aksi penawaran perdana saham atau initial public offering (IPO) dari perusahaan skala besar atau lighthouse IPO dapat menambah kepercayaan pasar modal.
Direktur Eksekutif AEI, Gilman Pradana Nugraha mengatakan IPO Lighthouse berpotensi menambah kepercayaan pasar. Dengan skala perusahaan yang cukup besar, diharapkan tata kelola perusahaan juga akan baik dan memiliki daya tarik bagi investor institusi maupun ritel."Di samping itu, hadirnya emiten lighthouse ini bisa memberikan sinyal positif bagi market, jika perusahaan-perusahaan besar masih percaya potensi pertumbuhan di pasar modal Indonesia. Makanya mereka melantai di market Indonesia,"ujarnya di Jakarta, kemarin.
Di samping itu, lanjutnya, lighthouse IPO menurutnya juga bisa menarik likuiditas baru, karena banyak investor-investor institusi baik asing maupun domestik, yang cenderung menunggu perusahaan-perusahaan besar untuk melantai. Hal ini bisa membuat investor-investor ini masuk kembali ke pasar modal Indonesia.
Gilman juga mencermati, lighthouse IPO dapat meningkatkan likuiditas, meningkatkan kapitalisasi pasar atau market cap, dan bisa menjadi daya tarik untuk perusahaan-perusahaan besar lainnya untuk melantai. AEI juga melihat momentum untuk melakukan IPO saat ini relatif tepat, karena sudah mulai terjadi rekonsiliasi di pasar keuangan global, dan mulai meredanya perang dagang, yang berarti sentimen global mulai positif.
Sebelumnya, BEI mencatat terdapat 29 perusahaan dalam pipeline penawaran umum perdana saham atau IPO hingga 16 Mei 2025. Dari jumlah ini, sebanyak 9 calon emiten memiliki aset di atas Rp250 miliar. “Sampai saat ini, terdapat 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham,”kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna.
Saat ini, pihak BEI menyebutkan, ada 14 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana dihimpun sebesar Rp7,01 triliun dan 29 perusahaan mengantre IPO. Dari total perusahaan dalam pipeline IPO, sebanyak 17 calon emiten memiliki aset skala menengah atau berada di rentang Rp50 miliar hingga Rp250 miliar.
Sementara itu, 9 perusahaan masuk dalam kategori aset besar atau di atas Rp250 miliar, dan 3 perusahaan tergolong emiten dengan aset kecil di bawah Rp50 miliar. Adapun secara sektoral, data BEI menunjukkan pipeline IPO didominasi oleh perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals sebanyak 5 entitas, disusul sektor consumer cyclicals dan keuangan masing-masing sebanyak 4 perusahaan.
Sektor energi, kesehatan, industri, serta transportasi dan logistik masing-masing diwakili oleh 3 perusahaan, lalu sektor teknologi menyumbang 2 perusahaan, sementara basic materials dan infrastruktur diwakili 1 entitas.
Aksi unjuk rasa serikat pengemudi ojek online (ojol) yang sebelumnya diklaim bisa mencapai ratusan ribu driver ojol dan disertai offbid…
NERACA Jakarta- Kembangkan ekspansi bisnisnya, PT PAM Mineral Tbk. (NICL) tengah siapkan akuisisi PT Sumber Mineral Abadi (SMA) guna mendongkrak…
NERACA Jakarta -Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (19/5) sore ditutup menguat di tengah pelemahan…
NERACA Jakarta- Kembangkan ekspansi bisnisnya, PT PAM Mineral Tbk. (NICL) tengah siapkan akuisisi PT Sumber Mineral Abadi (SMA) guna mendongkrak…
NERACA Jakarta — Pasar IPO diyakini masih tumbuh meski di tengah kondisi pasar yang volatil dan bahkan pihak PT Bursa…
NERACA Jakarta -Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (19/5) sore ditutup menguat di tengah pelemahan…