Indonesia Ekspor Jagung ke Malaysia

NERACA

Bengkayang - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto secara resmi melepas ekspor perdana jagung ke Malaysia usai memimpin kegiatan Panen Raya Jagung Serentak Kuartal II Tahun 2025 di Kalimantan Barat (Kalbar). Momentum ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan ketahanan pangan nasional dan perluasan pasar komoditas pertanian Indonesia ke dunia internasional.

“Kita sangat bahagia, sangat bersyukur. Ini bukti bahwa dengan sinergi dan kerja sama semua unsur, produksi pangan kita meningkat luar biasa. Di kuartal pertama tahun ini saja, kenaikan produksi jagung hampir 50 persen,” ujar Presiden Prabowo di Bengkayang, Kalbar.

Presiden Prabowo juga menyampaikan optimisme bahwa Indonesia akan segera mencapai swasembada jagung, bahkan lebih cepat dari yang ditargetkan.

“Kalau peningkatan seperti ini terus berlangsung, mungkin dalam 1 tahun kita tidak perlu impor lagi. Ini capaian signifikan. Benihnya dari kita, banyak yang organik, dan ini hasil kerja sama semua pihak,” tegas Presiden Prabowo.

Presiden Prabowo melepas ekspor perdana jagung ke negara tetangga setelah melakukan panen raya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, ekspor jagung dilakukan langsung dari Kalbar. Sebanyak 1.200 ton jagung dikirim dalam tahap pertama, sebagai bagian dari total pengiriman 50.000 ton jagung yang juga berasal dari NTB dan Gorontalo.

“Hari ini, kita lepas ekspor perdana jagung dari Kalimantan Barat. Ini bukan hanya soal angka ekspor, tapi soal kepercayaan dunia pada pertanian kita,” ujar Presiden Prabowo.

sementara itu, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa permintaan dari Malaysia saat ini mencapai 240.000 ton/tahun, atau sekitar 20.000 ton lebih/bulan, hanya untuk komoditas jagung. Permintaan tersebut bahkan belum termasuk dari negara lain seperti Filipina.

“Ini pertama dalam sejarah, dan bagian dari gagasan besar Bapak Presiden untuk menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia. Insya Allah, pangan kita kuat dan ekspor akan terus meningkat,” jelas Amran.

Selain jagung, Amran juga menyoroti komoditas kelapa dan beras yang menjadi primadona ekspor. Untuk kelapa, Indonesia mencatatkan volume ekspor mencapai 2,1 juta ton per tahun, dengan permintaan dari Malaysia sebesar 400 ribu ton yang sebagian besar telah dipenuhi secara aktif oleh Indonesia. “Sementara itu, kebutuhan impor Malaysia terhadap beras juga sangat tinggi, sehingga ini merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor komoditas strategis ini,” kata Amran. 

Sebelumnya, pemerintah Malaysia melalui Menteri Pertanian dan Keterjaminan Makanan, Datuk Seri Mohammad Bin Sabu, mengajukan permohonan kerja sama kepada Indonesia untuk memperkuat ketahanan pangan, khususnya dalam hal pasokan beras dan transfer teknologi pertanian.

Menteri Pertanian dan Keterjaminan Makanan, Datuk Seri Mohammad Bin Sabu menegaskan bahwa produksi beras Malaysia saat ini masih tertinggal jauh, dengan indeks pertanaman yang rendah, sehingga kebutuhan nasional masih sangat bergantung pada impor. Malaysia pun tengah menghadapi lonjakan harga beras akibat terbatasnya pasokan domestik.

Terkait dengan Malaysia, Indonesia dan Malaysia sama-sama memandang penting peran Komite Gabungan Bidang Perdagangan dan Investasi (Joint Trade and Investment Committee/JTIC) Indonesia-Malaysia dalam  peningkatan hubungan dagang kedua negara.

Pertemuan bilateral tersebut dihadiri oleh Menteri Perdagangan RI Budi Santoso dengan Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia Tengku Datuk Seri Utama Zafrul Bin Tengku Abdul Aziz. Pertemuan berlangsung di Putrajaya, Malaysia.

Pada periode Januari—November 2024, total perdagangan kedua negara adalah USD21,1 miliar. Ekspor Indonesia ke Malaysia sebesar USD10,9 miliar dan impor Indonesia dari Malaysia USD10,1 miliar. Surplus perdagangan Indonesia sebesar USD800 ribu terhadap Malaysia.

Pada 2023, Malaysia adalah tujuan ekspor ke-6 dan sumber impor ke-5 bagi Indonesia. Total perdagangan kedua negara mencapai USD 23,2 miliar. Ekspor Indonesia ke Malaysia USD 12,5 miliar, sementara impor Indonesia dari Malaysia USD 10,8 miliar. Indonesia mencatatkan surplus terhadap Malaysia sebesar USD1,7 miliar.

“Karena Indonesia dan Malaysia adalah dua negara jiran yang sangat dekat, seperti abang dan adik, maka kami merasa perlu belajar dari Indonesia. Ada banyak kelebihan yang kami lihat di sini dan itu perlu kami pelajari,” ujar Menteri Perdagangan, Budi Santoso.

 

 

BERITA TERKAIT

Hari Kewirausahaan Nasional Sebagai Momentum Perkuatan Ekosistem Berwirausaha

NERACA Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menyebut Hari Kewirausahaan Nasional sebagai momentum bagi pengusaha…

Enam Strategi Kunci Wujudkan Swasembada Gula Nasional

NERACA Jakarta – Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman beberkan strategi kunci pemerintah dalam mencapai swasembada gula nasional. Strategi-strategi ini difokuskan…

Agar Industri Berdaya Saing, Kemenperin Siap Cetak SDM Kompeten

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah membuktikan kemampuannya dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang siap kerja dan…

BERITA LAINNYA DI Industri

Hari Kewirausahaan Nasional Sebagai Momentum Perkuatan Ekosistem Berwirausaha

NERACA Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menyebut Hari Kewirausahaan Nasional sebagai momentum bagi pengusaha…

Enam Strategi Kunci Wujudkan Swasembada Gula Nasional

NERACA Jakarta – Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman beberkan strategi kunci pemerintah dalam mencapai swasembada gula nasional. Strategi-strategi ini difokuskan…

Agar Industri Berdaya Saing, Kemenperin Siap Cetak SDM Kompeten

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah membuktikan kemampuannya dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang siap kerja dan…

Berita Terpopuler